Senin, 03 Mei 2021

Contoh surat permohonan Cuti

 

SURAT PERMOHONAN

 

Kepada Yth.

Kepala Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kab................

Di .....................

 

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama                           : Eka Rahmatul Fitriyani

NIP                             : ...............................

Pangkat/Golongan      : Penata Muda /IIIa

Jabatan                        : Guru Bahasa Indonesia Ahli Pertama

Unit Kerja                   : ..............................

Dengan ini saya mengajukan permohonan kepada Bapak untuk mendapatkan cuti bersalin. Semoga Bapak dapat memberikan cuti kepada saya dan harap memakluminya. Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini saya sampaikan kelengkapan persyaratan sebagai berikut:

1. Surat pengantar dari Kepala Sekolah

2. Surat blanko cuti bersalin

3. Surat Keterangan Hari Perkiraan Lahir dari Dokter

4. Foto Copy SK 80%

5. Foto Copy Kartu Keluarga

6. Foto Copy Buku Nikah

Demikian surat permohonan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

                                                            ..............................., 3 September 2019

                                                            Pemohon

 

 

                                                            Eka Rahmatul Fitriyani, S.Pd.

                                                           NIP

           

                                                           

Jumat, 03 Januari 2014

Metode Pengelompokkan







BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

Linguistik Bandingan Historis adalah suatu cabang dari Ilmu Bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam dalam bidang waktu tersebut.  Linguistik Bandingan Historis pertama-tama merupakan sebuah cabang ilmu bahasa yang membandingkan bahasa-bahasa yang tidak memiliki data-data tertulis, atau dapat pula dikatakan bahwa Linguistik Bandingan Historis adalah suatu cabang ilmu bahasa yang lebih menekankan teknik pra-sejarah bahasa.

Salah satu tujuan dari Linguistik Historis adalah usaha untuk  mengadakan pengelompokan (sub-grouping) bahasa-bahasa, sehingga bukan hanya diketahui bahwa antara bahasa-bahasa tertentu terdapat tali kekerabatan, tetapi juga dapat diketahui lebih lanjut bagaimana tingkat kekerabatan antara bahasa-bahasa itu.

Dengan mengetahui tingkat-tingkat kekerabatan itu berarti akan diketahui pula kelompok-kelompok, baik kecil maupun besar, dalam suatu kesatuan bahwa proto. Untuk melakukan pengelompokan itu ada metode-metode yang digunakan. Metode-metode tersebut akan dibahas dalam makalah ini.    







1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yakni “Metode apa saja yang digunakan dalam  pengelompokan bahasa-bahasa?”.

1.3  Tujuan

Tujuan dari penulisan ini yakni untuk mengetahui metode dalam pengelompokan bahasa-bahasa.












































BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Stammbaumtheorie (Teori Stammbaum)

Metode pengelompokan bahasa Stammbaumtheorie atau yang kemudian dikenal dengan nama Family tree atau silsilah  muncul pada tahun 1866. August Schleicer sebagai penggagas teori ini mengemukakan model Stammbaum mengikuti pula prinsip silsilah keturunan, suatu pandangan yang jelas tentang bahasa-bahasa, mulai dari bahasa proto yang berkembang menjadi cabang-cabang bahasa, serta pengembangan selanjutnya dari cabang-cabang utama sampai ke cabang-cabang yang lebih kecil, yang tetap memperlihatkan hubungan baik dalam waktu maupun ruang (Keraf, 1984: 107).

Korespodensi fonemis adalah dasar teori Stammbaum. Dalam teori ini, terdapat pencabangan dua yang mempunyai arti bahwa setiap bahasa secara langsung dan serempak menghasilkan dua cabang baru. Hal yang disayangkan adalah tidak adanya kelanjutan dari kedua bahasa tersebut setelah berpisah. Pertanyaan yang muncul adalah apakah masih terdapat kontak atau tidak. Istilah Stammbaum atau silsilah menunjukkan hubungan dan tingkat perkembangan antara bahasa-bahasa kerabat. Hal tersebut sama dengan garis keturunan manusia. Istilah yang digunakan disamakan dengan organism biologis. Dalam hal ini, perubahan dalam bahasa terbentuk oleh manusia dan bukan oleh bahasa itu sendiri. Tentu saja, teori ini tidak luput dari kelemahan.

Kelemahan teori ini adalah tiap cabang hanya menurunkan dua cabang baru dan pencabangan tersebut terbentuk secara tiba-tiba. Tentu pencabangan dari suatu bahasa proto tidak hanya menjadi dua cabang baru, tetapi dapat lebih dari dua. Bahkan, dapat hanya satu bahasa pantulannya. Semua kemungkinan dapat saja terjadi karena beberapa faktor. Faktor tersebut bisa saja berupa bencana alam atau peperangan yang menyebabkan penduduk dari suatu wilayah yang menuturkan bahasa tersebut menyebar ke tempat yang berbeda. Kemudian penyebaran kelompok bahasa tersebut menjadi pertumbuhan yang akan menjadi bahasa yang berbeda dalam perkembangan berikutnya.
Contoh pohon keluarga rumpun Sino-Tibet


2.2 Teori Gelombang
Teori yang diajukan oleh Schleider yang kemudian disempurnakan oleh John Schmidt. Teori tersebut disebut dengan Wellentheorie. Dalam teori tersebut diungkapkan bahwa bahasa pada suatu wilayah dapat dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi pada wilayah lain di sekitarnya. Hal tersebut didasarkan pada bahasa yang digunakan secara berantai dalam suatu wilayah tertentu dan perubahan yang terjadi pada suatu tempat tertentu (Keraf, 1984: 110). Perubahan tersebut menyebar ke segala arah, seperti gelombang dalam sebuah kolam. Kolam akan menghasilkan gelombang jika ada benda yang jatuh ke dalam kolam tersebut. Hal tersebut menjelaskan bahwa bahasa yang sudah berpisah masih terdapat kontak satu sama lain. Hal tersebut membuat kelemahan teori sebelumnya tidak terdapat pada teori ini.
Contoh gelombang J. Schmidt
Dari penggambaran di atas terdapat dua masyarakat dari komunitas A dan B yang memiliki perbedaan kelompok usia, kelompok sosial atau kelompok regional. Bagian yang diarsir pada gambar di atas menggambarkan daerah tempat terjadinya kontak bahasa antara dua komunitas tersebut. Seiring dengan waktu yang relatif cukup lama, maka daerah ini merupakan daerah bahasa baru. Demikian seterusnya hingga dua masyarakat bahasa baik dari lingkaran C, B, bahkan A sekalipun dapat menciptakan daerah-daerah bahasa baru (diilustrasikan dengan garis gelombang putus-putus yang dapat diartikan sebagai berpotensi untuk daerah baru kontak bahasa).

Misalnya, dalam bahasa Sunda kata putih mempunyai arti bodas, dalam bahasa Bima, Sika, dan bahasa-bahasa Lamaholot adalah bura, yang secara fonetis dianggap berkerabat. Hal tersebut menunjukkan pula bahwa penyebaran bahasa berasal dari pusat menuju pinggir daerah. Dalam penyebaran tersebut dapat terjadi penghilangan di tengah jalan. Daerah penyebaran yang berada di tengah pun dapat mengalami perubahan. Contoh lain adalah dialek Banyumasan atau sering disebut Bahasa Ngapak adalah kelompok bahasa bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah barat Jawa Tengah, Indonesia. Beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten Utara serta daerah Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak berbeda dibanding dialek bahasa Jawa lainnya. Hal ini disebabkan bahasa Banyumasan masih berhubungan erat dengan bahasa Jawa Kuna (Kawi).
Bahasa Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dialek ini disebut Banyumasan karena dipakai oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Banyumasan.

Seorang ahli bahasa Belanda, E.M. Uhlenbeck, mengelompokan dialek-dialek yang dipergunakan di wilayah barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun) bahasa Jawa bagian barat (Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian Tengah (Surakarta, Yogyakarta, Semarang dll) dan kelompok bahasa Jawa bagian Timur.
Kelompok bahasa Jawa bagian barat (harap dibedakan dengan Jawa Barat/Bahasa Sunda) inilah yang sering disebut bahasa Banyumasan (ngapak-ngapak). Secara geografis, wilayah Banten utara dan Cirebon-Indramayu memang berada di luar wilayah berbudaya Banyumasan tetapi menurut budayawan Cirebon TD Sudjana, logat bahasanya memang terdengar sangat mirip dengan bahasa Banyumasan.
Banten Utara
Cirebonan & Dermayon
Banyumasan
Tegal, Brebes
Pemalang
Solo/Yogya
Sunda
Indonesia
Kita
kita/reang/ingsun/isun
inyong/nyong
inyong/
nyong
  nyong
 Aku
kuring
aku/saya
Sire
Sira
rika
Koen
  Koe
 Kowe
maneh
kamu
Pisan
pisan
banget
nemen/
temen
nemen/temen/teo
 Tenan
pisan
sangat
keprimen
kepriben/
kepriwe
kepriwe
kepriben/
priben/pribe
keprimen/kepriben/primen/prime/priben/pribe
piye/
kepriye
kumaha
bagaimana
Ore
ora/beli
ora
ora/belih
  ora/beleh
  Ora
enteu
tidak
Manjing
manjing
mlebu
manjing/
mlebu
  manjing/mlebu
  Mlebu
   asup
   masuk
Arep
arep/pan
   arep
  Pan
 pan/pen/ape/pak
 Arep
    arek
akan

Banyak kemungkinan yang muncul dari teori Gelombang. Bahasa proto dapat menjadi tiga cabang atau lebih, tetapi dapat pula menjadi satu bahasa baru. Bahkan, bahasa proto dapat pula mati sebelum menurunkan satu bahasa baru. Pencabangan seperti ini pun tidak terjadi secara mendadak. Dalam hal ini, ada peralihan yang bersifat kumulatif untuk mencapai suatu bahasa baru atau lebih.  Oleh sebab itu, teori pencabangan bahasa memerlukan Wellentheorie untuk melengkapi Stammbaumtheorie. Teori Gelombang mempunyai kelebihan, yaitu tori ini menujukkan fleksibilitas hubungan antarbahasa dan menerima perubahan yang memungkinkan mempengaruhi hubungan tersebut.

2.3 Metode Pemeriksaan
Dalam ilmu perbandingan bahasa historis, pertama-tama akan ditetapkan apakah terdapat tingkat-tingkat perbedaan dalam hubungan antara bahasa-bahasa kerabat.
Misalnya dalam meneliti bahasa-bahasa yang masih hidup dewasa ini misalnya bahasa Melayu, Jawa, Sunda, dan Bali berdasarkan korespondensi fonemis, dapat ditetapkan bahasa mana di antara keempatnya lebih mirip satu sama  lain. Apakah bahasa Melayu lebih dekat dengan bahasa Sunda atau lebih dekat dengan bahasa Jawa. Prosedur semacam ini disebut prosedur sub-grouping atau prosedur pengelompokkan.

Salah satu cara untuk menetapkan pengelompokkan bahasa-bahasa adalah dengan mempergunakan metode pemeriksaan sekilas (inspection). Dengan menggunakan metode ini, pengamat hanya mengadakan peninjauan sepintas lalu mengenai persamaan dan  perbedaan antara bahasa-bahasa yang dibandingkan.  Misal dengan mengamati data-data berikut, dapat ditentukan bahwa bahasa Melayu lebih dekat dengan bahasa Sunda, sedangkan bahasa Jawa lebih jauh  hubungannya.
            Melayu            : dua, tadi, anjiƞ
            Sunda              : dua, tadi, anjiƞ
            Jawa                : lɔrɔ, mau, asu

Metode ini kadang-kadang berhasil, tetapi kadang-kadang juga gagal, tergantung dari materi yang dipergunakan. Semakin banyak data yang dimasukkan dalam pemeriksaan ini tentu semakin dapat diandalkan hasilnya.

Dengan mempergunakan metode pemeriksaan atas data-data dari sejumlah bahasa Eropa, seperti terdapat dalam daftar di bawah ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua kelompok bahasa yaitu bahasa Inggris-Jerman-Belanda, dan kelompok yang lain terdiri atas Prancis-Italia-Spanyol. Di samping terlihat adanya hubungan bunyi (korespondensi fonemis) antara kelompok-kelompok tersebut, jelas terlihat pula kesamaan bentuk-makna kata-kata antara kedua kelompok itu. Hanya satu kata yang memperlihatkan adanya kemiripan antara kedua kelompok itu yaitu kata ‘saya’ yang berbentuk : me, mich, me, moi, me, me.

Gloss
Inggris
Jerman
Belanda
Prancis
Italia
Spanyol
tangan
hand
Hand
Hand
main
mano
mano
kaki
foot
Fuss
Voet
pied
piede
pie
dua
two
Zwei
Twee
deux
due
dos
tiga
three
Drei
Drie
trois
tre
tres
saya
me
Mich
Me
moi
me
me

Penetapan anggota kelompok bukan semata-mata berdasarkan bentuk yang identik, tetapi juga melihat kemiripan-kemiripan yang ada, yang dapat dijelaskan melalui korespondensi fonemis, dan bermacam-macam perubahan bunyi atau perubahan morfemis.

Metode pemeriksaan selintas walaupun tak memuaskan dapat dipakai sebagai langkah permulaan.kata-kata yang dipakai dalam pemeriksaan sepintas dapat diperluas ke atas dan ke bawah sehingga kita akan sampai kepada suatu tata tingkat bahasa berdasarkan tingkat hubungannya satu sama lain.





2.4 Metode Kosa Kata Dasar
Kosa kata yang dipergunakan dalam metode kosa kata dasar (basic vocabulary). Metode ini bertolak dari suatu asumsi bahwa perbendaharaan kata dalam suatu bahasa dapat dibedakan dalam dua kelompok yang besar, yaitu:
1.      Kata-kata yang tidak gampang berubah, misalnya kata-kata mengenai anggota tubuh, kata-kata ganti, kata-kata yang menyatakan perasaan, kata-kata yang bertalian dengan cuaca dan alam, kata-kata bilangan, dan kata-kata yang berhubungan dengan perlengkapan rumah tangga yang dianggap ada sejak permulaan. Semua kata ini dimasukkan dalam sebuah kelompok yang disebut  kosa kata dasar.
2.      Kata-kata yang mudah berubah, yaitu kata-kata yang dipinjamkan kepada kebudayaan lain.misalnya kata: meja, kursi, baju, lampu. Kata-kata ini mudah mengalami difusi, sebab itu gampang pula mengalami perubahan. Kata-kata ini disebut kata-kata budaya (cultural words).

Kata yang dipergunakan dalam pengelompokkan dengan metode ini adalah perbendaharaan kata dasar, karena kata-kata itu dianggap sebagai warisan bersama dari bahasa proto. Kata-kata ini dapat juga mengalami perubahan, tetapi perubahan itu sangat lamban. Dengan menyusun sebuah daftar dari kosa kata dasar tersebut, peneliti mengumpulkan data-data dari bahasa-bahasa yang akan diperbandingkan. Dengan mempergunakan prinsip-prinsip korespondensi fonemis dan memperhatikan pula perubahan-perubahan yang terjadi maka dapat ditetapkan kata-kata mana dari daftar itu dapat dianggap sebagai kata kerabat. Dengan menghitung jumlah kesamaan antara bahasa-bahasa yang diperbandingkan dapat disusun kelompok-kelompok kerabat bahasa.

2.5    Inovasi

Metode inovasi atau juga yang disebut metode pembaharuan bertolak dari suatu asumsi bahwa pada suatu waktu, karena alasan atau sebab tertentu, suatu bahasa kerabat memperbarui satu atau lebih kosa kata dasarnya. Pembaharuan ini terjadi bukan karena pinjaman atau pengaruh dari luar, tetapi karena daya tumbuh dari bahasa itu sendiri. Inovasi pertama-tama terjadi karena salah ucap atau salah tulis sebuah kata dalam teks lama. Walaupun tidak  menyangkut kosa kata dasar, dalam menafsirkan naskah Melayu Lama yang ditulis dengan huruf Arab Melayu ada yang mengatakan bahwa nama Hang Lekir dan Hang Lekiu sebenarnya nama orang yang sama, tetapi karena salah tulis dan dengan demikian salah baca, maka nama Hang Lekir dibedakan dari Hang Lekiu.

Pembaharuan juga terjadi karena perubahan makna. Kata hulu dulu berarti ‘kepala’ yang masih bertahan dalam beberapa bahasa Austronesia Barat. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia kata hulu berubah maknanya sehingga berarti ‘tangkai’, ‘bagian udik sungai’. Kadang-kadang terjadi bahwa dalam bahasa yang sudah mengalami inovasi makna tersebut, makna lama masih bertahan dalam ungkapan-ungkapan tertentu, sehingga masih mengandung fungsi periferal, sementara makna yang baru dengan bentuk yang lama itu menduduki fungsi primer. Bentuk-bentuk tua dengan makna yang lama yang masih bertahan dalam bahasa sekarang disebut relic, sedangkan bentuk yang diperbarui disebut inovasi.

Inovasi dapat terjadi karena kontaminasi. Bahasa Jerman Rendah memiliki kata he, Jerman Tinggi er, dari kedua kata tersebut dibentuk kata her ‘dia’; demikian juga kata Jerman Rendah Ünne ‘bawang’ dan Jerman Tinggi Lauch ‘sejenis bawang’ menurunkan kata Ünlauch ‘bawang’ dalam dialek Niederrhein.

Bila ada dua bahasa atau lebih mengalami pembaharuan kata dasarnya atau sistem fonem protonya (common innovation) dengan meninggalkan unsur yang lama, maka bahasa-bahasa itu sejak mengalami perubahan itu dianggap membentuk kelompok baru, hingga sampai suatu saat kalau terjadi pembaharuan lain yang memungkinkan timbulnya cabang-cabang baru lagi.

Misalnya dalam membandingkan unsur kata dasar dalam bahasa-bahasa berikut dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa Jawa yang mempergunakan kata asu lebih dahulu memisahkan diri.

Jawa                : asu
Melayu            : anjing
Sunda              : anjing

Tapi bila kita mengambil jangkauan yang lebih luas, maka kesimpulan sementara di atas akan terbalik, yaitu bahwa bahasa Melayu dan Sunda yang memisahkan diri lebih dahulu dari kelompok induk dengan mengalami inovasi berupa kata anjing. Perbendaharaan kata baru yang dimiliki bersama oleh bahasa-bahasa yang mengalami ini disebut shared innovation.





































BAB III
PENUTUP



3.1 Simpulan

3.1.1 Stammbaum merupakan metode pengelompokan bahasa yang  menunjukkan hubungan dan tingkat perkembangan antara bahasa-bahasa kerabat.

3.1.2.  Dalam teori Wellentheorie diungkapkan bahwa bahasa pada suatu wilayah dapat dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi pada wilayah lain di sekitarnya.

3.1.3 Metode pemeriksaan sekilas (inspection) yakni  pengamat hanya mengadakan peninjauan sepintas lalu mengenai persamaan  dan perbedaan antara bahasa-bahasa yang dibandingkan.

3.1.4 Metode Kosa Kata Dasar yakni metode yang menggunakan kata perbendaharaan kata dasar, karena kata-kata itu dianggap sebagai warisan bersama dari bahasa proto.

3.1.5 Metode Inovasi pertama-tama terjadi karena salah ucap atau salah tulis  sebuah kata dalam teks lama.